Sial Di Lapangan Miliran




Aku (Keng) selalu semangat ditiap sore untuk pergi menghadiri pertandingan bola voli di tempat lapangan Miliran  dengan selalu jalan kaki dari tempat tinggalku, ‘Asrama Papua’ yang jaraknya kurang lebih lima meter  yang bisa tempu dalam waktu kurang lebih lima menit itu. Pertandingan biasnya diadakan pukul 15:30 s/d pukul 18: 00 WIB. Lapangan bola voli yang berada diujung lahan persawahan  itu adalah milik Pemerintah Provinsi Yogyakarta yang sudah dipagari dengan pagar semen berbatu pasir yang berada disebelah Jalan miliran Yogyakarta. 

 Biasanya  tempat itu digunakan oleh Ikatan Suku MEE yang belajar di kota studi Yogyakarta itu dalam rangka menjalankan maksud ikatannya, yaitu pencarian dana untuk persiapan perayaan Natal; Paskah; dan Makrab untuk  MABA  Suku Mee yang akan datang lanjut kuliah dikota studi tersebut. 

Tepat pada hari ini jumat (12/09/2014) sore.  Terlihat cuacanya cerah dan udarahnya sejuk seperti biasanya karena angin sejuk yangselalu mengebar di kota ini dari gunung merapi yang  berada di bagian utara kota ini. Kondisi sore  seperti ini membuatku tetap semangat seperti biasanya sehingga aku jadian pergi menghadiri tempat pertandingan bola voli itu. Aku berangkat pukul 15:40 WIB. 

Dalam perjalananku aku berhati-hati melangkah kakiku dipinggir jalan besar yang biasanya digunakan oleh orang-orang kota yang punya berkendaraan roda dua dan beroda empat itu demi keselamatan nyawaku. Dan juga keselamatan masa depanku yang aku impikan dalam perkuliaanku di kota ini. 

Sebelum tiba di lapangan, aku  sempat bertransaksi minuman agua gelas dua dan donat tiga di kios dekat jalan yang selalu dilayani oleh nenek dan kakek itu untuk mengisi perut saya yang saat ini masih kosong dari pagi tadi yang membuatku kelaparan itu. Barang transaksi itu dari depan kiosnya aku menghabiskan secepat dalam waktu lima menit  agar aku yang sepulu menit sudah terlambat itu bisa mengikuti kegiatan pertandingan bola voli yang biasanya dimulai pada pukul 15:30 WIB itu. 

Lantas, aku melangkah ke tempat lapangan melewati  pintu pagar lahan persawahan itu. Tanpa alasan apapun, aku memandang ditempat yang biasanya parkir motor yang dibawah datang oleh teman-teman ternyata  nihil satupun teman yang ada. Dengan perasan betanya-tanya dan pikiran yang ragu, aku melangkah sedikit demi sedikit dan aku memandang di lapangan itupun nihil satupun teman yang mengharapkan kehadiran teman-teman. 

Dengan pikiran yang bertanya-tanya dan perasaan yang marah, aku balik dan memandang di jalan kedepan. Adik dua yang bermunculan dengan motor (cewe dan cowo yang kebutulan masih punya pacaran itu).

Aku dengan perasaan malu mengatakan “ adik dua tidak ada teman-teman di lapangan”.  Akan tetapi, suaranya tidak kedengaran karena agak pelan. Aku melangkah  sedekat mereka dan aku mengulang “berkata”.  

Dengan perasaan kesal  cowonya  itu dengan seakan mengetahui kesepakatan teman-teman sebelumnya mengatakan “mungkin mereka ikut main bola kaki di lapangan klebengan seperti biasanya”.

Akupun menambahkan,  mengatakan “wajar saja sore ini ada rapat juga dari ikatan Mahasiswa dogiyai dengan agenda pembentukan seksi-seksi dari Badan Pengurus Harian dari ikatan yang baru-baru ini sudah bentuk”. 

Mereka duapun membenarkannya dengan berkata, “Betul juga kak”, akhirinya. 

Lalu, mereka duapun sedikit bersalamku dan meninggalkan aku di tempat. 

Aku pun melangkah ke depan jalan dan di kios kecil yang berada disebelah jalan masuk persawahan yang pada  biasanya dijual koran di situ aku melakukan transaksi empat batang rokok jarum seharga lima ribuh rupiah. Saat itupun, aku juga bertransaksi  rambutan satu kilo harga empat ribuh rupiah yang baru-baru ini dijual oleh pemuda di depan jalan sebelahan yang tidak jauh dari tempatnya. 

Dengan rokok dan rambutan itu aku terasa terhibur ditempat pos kambling persawahan yang berada di depan pintu masuk perswahan itu. Saat itu  aku terasa tenangkan oleh angin sejuk  dinginnya. Dan juga agak jauh dari suara keributan kendaraan bersama keributan orang disekitar jalan kota itu. 

Ketika aku menikmati kesejukan dan ketenangan ditempat itu sambil dihibur dengan air buah rambutan manis itu dan rokok jarum yang ada disamping saya yang sebentar lagi aku akan menghabiskan itu, teman-teman lainpun datang di lapangan berduaan bahkan bertigaan dengan boncengan motor, tetapi tidak ada teman yang terlihat dilapangan, maka merekapun pergi  begitu saja tanpa mengapa dengan aku yang kebetulan menjahui dari tempat kelihatan itu-di pos kambling. Mereka pun tidak sadar bahwa kehadiran mereka itu seharusnya menunggu sebagai termotivasi bagi teman lain yang akan datang untuk melakukan pertandingan seperti biasanya. Dengan demikian dilapangan sama seperti tidak ada teman yang datang karena pergi begitu saja.  

Jam sudah menunjukan sore, pukul 17: 30 WIB maka akupun dengan pikiran yang bertanya  dan perasaan yang marah (sial) pergi ketempat tinggalku, ‘Asrama Papua yang berada disebelah Jalan Kusumananegara 119, Yogyakarta itu’.
Sial Di Lapangan Miliran Sial Di Lapangan Miliran Reviewed by Unknown on 05.43 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Gambar tema oleh epicurean. Diberdayakan oleh Blogger.