Jagung Matang Di Kebun Miliran
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjunb4ToZ4qLG0gK2F-54-we6oIcTTHVTAw5GHDqO0efaWtMSWtaOwkDuIcn_Q5Jj155IW4svp3t3msxpEeqkBf6w8KeLW2FfkGhj-b5Aqxfklyg7pQe-bR3kUUno24r2g_XDMNDM1jr2mU/s200/Foto1663.jpg)
Pada hari siang itu
terasa panas merasakan tubuhnya membuat keringat memandikan tubuhnya tetapi
baginya itu bukan kekuatan yang melebihi dari keinginannya. Dia terus jalan dan
memasuki di tempat pondok rusak di bawah pohon pisang di pinggir sawah. Di situ sangat terasa nyaman dan memberikan
kesadaran baginya dengan dibantu oleh alam sekitarnya yang mengatukan.
Dari situ, di
sekitarnya ada rerumputan bersama beberapa pohon pisang yang menghalangi sinar
kepanasan dan mendatangkan angin tiupan sejuk dari arah angi; di depannya
seluas lahan sawah yang begitu lebar dan panjang yang mampu mendatangkan angin
mengiup dan merasakan pantulan angin segar pada tubuhnya; di belakangnya ada
pohon beringin, besar, tinggi, lebat yang bisa menghalangi kepanasan sinar
matahari dan menciptakan angin yang sejuk.
Tentu saja dia
merasakan dan menikmati maksud kedatangannya dari tempat tinggalnya Asrama
Papua Kamasan I Yogyakarta dekat Jalan Kusumanegara. Di samping kanannya hanya
sediahkan sebotol minuman SPRAIT itu, dia merasakan bersemedi, merefleksi, dan mengenali
diri, mengenali sifat orang dan mengenali alam. Dia merasakan bersyukur atas
semua yang ada di dunia ini entah baik maupun buruknya atau jahat atau
rembutnya karena baginya itu semuanya merupakan bagaikan kendaraan mengantarkan tujuan
hidup entah baik atau buruknya. Baginya, yang penting adalah bersama itu semua,
memlih adalah hak seseorang atau sekelompok orang karena, disemenatara manusia
hidup di dunia ini seharusnya baik sebagaimana awalnya Tuhan menciptakan
manusia dengan harapan baik yaitu hidup baik, artinya saat kita hidup ini
memilih yang baik.
Tujuan kedatangan itu
dia mengakhiri tentu saja pada jam sudah pukul 14:00 WIB. Lantas dia memutuskan
untuk pulang ke tempat tinggalnya.
Dia mulai masuk di
kebun jagung sedikit yang berada di
tengah jalan di bawah pohon beringin itu. Kebun Jagung itu ditutupi oleh
rerumputan yang tidak dibersihkan pemiliknya entah siapa darimana. Batang dan
daungnya sudah kering. Akan tetapi jagung yang sudah matang keras itu
sebelumnya belum dipetik satupun oleh pemiliknya.
“Wa... pemiliknya tidak
petikkah! Jagung sudah matang keras ini. Kaya pemiliknya tidak biasa makan
jagung. Coba kemaring-kemaring saya lihat boleh biar saya petik jagung ini”,
ungkapnya seakan mengadu pemiliknya tidak mau petik jagung itu.
Jagung itu matang
keras, kalau dipetik untuk bibitnnya tentu bijinya berkualitas. Dia merasa
tertarik untuk memetiknya. Dia memetik empat lalu dia bawah pulang di tempat
tinggalnya. Bibit jagung itu dia rencana
mau tanam kembali. “Ini bibit jagung yang saya petik di miliran, bibitnya
bagus, rencana saya mau tanam kembali
tetapi saya tunggu musim hujan karena tempat lahan yang akan saya bukanya
keras”Katanya dengan senang ketika dia tunjukkan bibit jangung itu dan
mencaritakan aktivitasnya dari kediaman pada hari rabu (30 Desember 2015) pukul
17:12 WIB.
Awalnya, dari tempat
tinggal itu, dia merasa tidak tenang dengan keributan manusia nakal di
sekitarnya dengan lagu-lagunya membuat dia menghindari dan mengendirinya
meninggalkan pekerjaan tugas kampus yang
harus selesaikan pada hari itu karena hari esok paginya akan kumpul sama dosen
matakuliah bersangkutan. Maksud keluar
dari tempat dan mengendirinya, untuk mengenangkan hati dan pikiran, Red. Dia
yang biasanya, kalau ingin melakukan maksud tadi itu ke miliran maka waktu
itupun dia memutuskan untuk mengunsi di miliran itu. SELESAI.
.
Jagung Matang Di Kebun Miliran
Reviewed by Unknown
on
23.31
Rating:
![Jagung Matang Di Kebun Miliran](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjunb4ToZ4qLG0gK2F-54-we6oIcTTHVTAw5GHDqO0efaWtMSWtaOwkDuIcn_Q5Jj155IW4svp3t3msxpEeqkBf6w8KeLW2FfkGhj-b5Aqxfklyg7pQe-bR3kUUno24r2g_XDMNDM1jr2mU/s72-c/Foto1663.jpg)
Tidak ada komentar: