Mau Ikut Ujian Pake C


Di SMP YPPK Moanemani: Menantikan Hasil Ujian Nasional SMP (H-UAN) tentu saja dengan ‘KELULUSAN’ dari pada ‘TIDAK’, itulah harapan besar para siswa-siswi Kelas IX A&B SMP YPPK St. Fransiskus Asisi  Moanemani, Di Kecamatan Moanemani (jauh dari kabupaten, jaraknya KM 100), Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Menantikan hasil ujian bagi peserta ujian itu setelah diujiankan di tempat pada hari senin, 05 s/d jumat, 09 Mei 2008. Mata pelajaran yang diujiankan adalah Bahasa Indonesia; Matematika; Bahasa Inggris; IPA; dan IPS. Kecamatan Moanemani itu setelah pemekaran Kabupaten Dogiyai sekarang sudah menjadi pusat kota kabupaten.

Peserta yang diikutkan ujian berjumlah 40 siswa/i Di Kelas IXA dan 40 siswa/i Di Kelas IXB, Jumlah siswa/i masing-masing  kelas itu sudah dibagikan dari awal kelas VII  apalagi SMP YPPK tersebut sudah dipisahkan kelas A&B dari kelas VII sampai kelas IX karena jumlah siswa/i-nya sangat banyak. 

Sesuai kurikulum pendidikan, Ujian Nasional SMP di SMP YPPK Moanemani tahun 2008 diterapkan kedua kali dengan sitem LJK (Lembar Jawaban Komputer). Tentu dengan sistem ujian ini pada saat hari ujian pengisihan jawaban di LJK banyak peserta yang membuat panik dan keliru walaupun sebelumnya pernah dilatih beberapa kali tentang cara pengisihan jawaban yang benar oleh kepsek. Bahkan sekolah yang sudah terbukti merupakan sekolah tertib, maka kunci jawabanpun tidak pernah dikasih tahu oleh guru. Panitia Pengawas yang diberangkatkan dari Kabupaten Nabirepun sangat kontrol. 

Sayapun rasakan hal ini, dimana saat itu saya salah banyak dalam pengisihan jawaban di LJK. Jelasnya, banyak coretan yang tentu saja diolah dalam komputernya akan salah. Hal ini saya rasakan dimana saat itu saya kurang mengerti bagaimana cara tepat mengisi jawaban di LJK. Dengan salah mengisi kunci jawaban di LJK tersebut saya yakin saja bahwa 50% saya tidak lulus bukan salah siapa. Sedangkan 50% saya yakin lulus mengadari bahwa jawaban yang saya isi 75%   benar sesuai soal ujian. Akan tetapi, keyakinan saya yang stengah ini membuat saya tidak tenang jangan-jangan tidak lulus, entahlah! Bagaimana bisa berubah sesuatu yang sudah jadi.

Beberapa hari lalu, dari pihak sekolah informasikan bahwa Hasil Ujian Nasionalnya akan tempelkan di papan informasi di sekolah pada senin, 2o Juni Tahun 2008, alias besok. Saat itu, saya bersama orang tua di desa Kuyakago, di kampung saya. Dalam perasaanku tetap saja yakin bahwa 50% saya tidak lulus dan 50% akan lulus. Ini sangat menjajahku.

Sudah berlalu satu malam. Pada hari senin itu, red, sekitar pukul 10:00 WIT saya pergi cek hasil ujian di sekolah. Saya hanya jalan kaki dimana perjalanan yang memakan waktu 3 jam itu karena harus melewati satu gunung tinggi, Odedimi, namanya. Saat itu, ada pengojek tetapi saya tidak punya uang ongkos karena orang tua yang saya bisa minta uangnya pergi di tempat lain. Saya sampai jalan dekat tanjakan gunung itu, ada pengojek satu lewat dalam keadaan balap dengan diantar satu orang. Orang yang diantar itu tentu saja teman cewe,  peserta ujian. Kata dia: “Tidak papa, teman mengulang saja tahun depan”, begitu kata singkat teman itu mendai bahwa saya tidak lulus ujian. 

Saya tidak yakin 100% atas kata teman saya itu. Komitmen bahwa saya sendiri yang harus pastikan apa benar ‘tidak atau lulus’. Saya jalan saja. Di perjalanan teman lain pasti melihat saya dan ada yang sempat ketemu di jalan tetapi mereka tidak kasih tahu bahwa saya ‘lulus atau tidak’, mungkin karena mereka punya pertimbangan bahwa jika kasih tahu  saya akan malu atau takut terhadap mereka.

Saya tibah di lingkungan sekolah pukul 12:00 WIB. Saya lansung menuju ke papan informasi yang sudah ditempel hasil ujian pesertanya. Di situ, ada beberapa teman lagi sedang lihat hasil ujian mereka. Saya lihat saya punya nomor perserta ujian, ternyata perkataan teman saya tadi itu benar bahwa saya “TIDAK LULUS”. Adapun teman yang tidak lulus tambah dua orang cewe. Sebelumnya, saya sudah ikut tes untuk lanjut SMA YPPK Adhilur Nabire dan sudah dinyatakan LULUS, sehingga jika Ujian Nasional SMP itu lulus maka saya bisa lajut di SMA itu.

Setelah lihat hasil ujiannya yang tidak lulus saya tidak berpikir panjang. Saya lansung balik ke rumah orang tua dengan membawah hasil yang tidak memuaskan bagi orang tua dan tetanggahnya. “Tetapi bagi saya, itulah kenyataannya yang tidak mungkin berubah dan itu bukan ukuran hidup selamanya”, Begitu jawaban moralnya yang dengan menghiasi rasa ragu dan malu. 

Hal lebih aneh bagi saya adalah selama beberapa hari saya tidak pernah keluar dari di sekitar rumah untuk menghindari salah penilaian warga di sekitarnya. Selama saya di rumah itu saya hanya berpikir apakah saya akan lanjut sekolah atau tidak. Saya paham juga bahwa kalau saya tidak lanjut sekolah maka saya akan menjadi orang yang tidak tahu, saya kesekolah karena saya harus menjadi orang berguna. Setelah saya punya penilain diri baik yang membut perasaan saya semakin jauh dari malu dan takut itu saya mulai beranikan diri keluar dan bersapa dengan orang di sekitarnya. 

Setelah tiga hari kemudian saya dengan isu dari beberapa teman dari SMP Negeri  Satu Moanemani bahwa mulai tanggal 12 s/d 16 akan adakan Ujian Paket C. Informasi ini membuat saya semakin legah perasaannya apalagi kalau lulus sayapun bisa lanjut SMA/U/K bersama seangkatannya. Sayapun ingin ikut Ujian Paket C tersebut. 

Pada besok harinya, jumat, tangal (10/05/08) saya ingin untuk cek kepastian sama kepsek di sekolah. Komitmen saya ini, saya ceritakan sama orang tua, bapak saya, Yohanes Degei dari rumahnya. Bapakpun setuju untuk ikut sama saya untuk cek kepastian Ujian Paket C. “Nati kami dua jalan cek kepastiannya, apakah ada ujian paket C atau tidak”, Kata Bapa saya dengan santai. Bapak saya itu sebelumnya tahu bahwa saya ini bersekolah dengan benar karena saya tidak begitu menunjukkan sikap yang mengganggu orang lain termasuk orang tua dan disekolahpun rajin. Bapak saya itu ingin supaya saya harus bersekolah dan Bapakpun sanggupi biayanya dengan hasil pendapatan beternak. 

Sudah hari sabtu, sekitar pukul 12:15 WIT kami dua pergi cek kepastiannya ke kepsek di sekolah. Kami dua naik Ojek dengan biaya ongkos yang Bapak bayar Rp. 50.000,00. Sekitar pukul 13:00 WIT kami tiba di lingkungan sekolah. Kami dua langsung ke kantornya kepsek. Kepseknya ada. Pintunya tertutup jadi saya ketuk pintu. 

Saya: Selamat siang pak guru”,salam saya dengan agak takut dan malu sambil ketuk pintu tiga kali. 

Pak guru: “Silahkan masuk”, Pak Guru mengijinkan masuk di kantornya.

Pak guru: “Perlu apa Ben”, Tanyanya dengan sambil salaman kepada kami dua.

Saya: “Pak guru, katanya ada Ujian Paket C, jadi saya datang untuk diikutkan Ujian Paket C itu”,pintanya dengan ekspresi yang agak gementar dan malu diwajahnya.

Pak guru: “Iya, memang ada, tetapi sekolah di sini tiadakan Ujian Paket C. Karena, menurutnya di sini satu-satunya sekolah berkualitas di wilayah ini dengan mengikuti ketertiban sekolah jadi kami tidak usah ikut paket C yang gaya orang dewasa itu. Kegagalan bukan ukuran kebodohan. Anak masih kecil. Jadi saya mau, anak harus mengulang sekolah di sini”,ujar pak guru dengan meyakinkan sekolah yang berkualitas dengan ketertiban yang ketat itu.

Waktunya pak guru kasih nasehat dan penjelasannya tentang Ujian Paket C itu, bapak sayapun mendukung nasehat-nasehat untuk saya. Dengan nasehat itu, sayapun mengadari dan saya komitmen untuk mengulang di sekolah tersebut. Terbukti, Ujian tahun depannya, 2008, saya lulus lantas saya melanjutkan SMA YPPK Adhiluhur Nabire Tahun 2008. Sekarang, saya sedang kuliah di kampus STPMD “APMD” YOGYAKARTA, angkatan 2011. Dalam berjalannya perkuliahan, pada tahun 2013  saya cuti kampus alias dua semester dan saya lanjut pada tahun 2014. 

SMP YPPK tersebut merupakan satu-satunya  sekolah pertama yang sebagaimana biasanya dikatakan sekolah berkualitas  di wilayah pegunungan Papua Tengah bagian wilayah selatan, Wilayah Adat Meepago. Jelasnya, SMP YPPK tersebut pernah meraih juara I tentang Ketertiban dan Kebersihan Lingkungan Sekolah di tingkat kabupaten (kabupaten induknya  Nabire pada saat itu). 

Di sekolah itu juga walaupun tidak punya jaringan informasi seperti WAIFI tetapi pelajarnya mampu menghandalkan jenis buku perpustakaan yang lengkap; di sekolah itu biasa gunakan kursi meja buatan besi yang dibuat oleh orang belanda; dan jumlah guru pengajar mata pelajaranpun tersedia.  Sebagai sekolah yayasan, SMP YPPK tersebut memiliki Asrama Pantiasuhan untuk putra dan putri, dibina dari Frater, Suster, dan Bruder. Dengan sarana&prasarana di SMP YPPK yang begitu mengenal lengkap, maka pelajar dari mana saja yang lajut SMP selalu mendominasi Di SMP YPPK tersebut.

 Keberadaan SMP YPPK tersebut sangat strategis dimana letaknya dekat pasar tradisional dan kios; di belakangnnya Asrma Pantiasuhan; di sampng kananya gereja paroki Katolik dan asrama putri bersama tempat susteran. 

Mau Ikut Ujian Pake C Mau Ikut Ujian Pake C Reviewed by Unknown on 06.16 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Gambar tema oleh epicurean. Diberdayakan oleh Blogger.